Feeds:
Pos
Komentar

Archive for the ‘Litbang Biomolekuler’ Category

jamu

Pendahuluan

Penggunaan obat tradisional  merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang kita  dan  keberadaannya terkait dengan budaya bangsa Indonesia.  Beberapa obat yang sekarang digunakanpun  berbasis dari herbal atau satu kandungannya adalah berasal dari tanaman, diantarnya diperoleh melalui proses ekstraksi atau sintesis meniru komponen yang terkandung dari tanaman. Indonesia termasuk salah satu negara “megadiversity” yang kaya akan keanekaragaman hayati.  Oleh karena setiap spesies tumbuhan, hewan, dan mikro-organisme mempunyai nilai-nilai kimiawi  dalam menghasilkan senyawa kimia yang banyak  ragam dan  jumlahnya, maka keanekaragaman hayati (biodiversity) yang tersedia di Indonesia dapat diartikan sebagai sumber senyawa kimia bahan alam yang sangat beranekaragam (chemodiversity).  Dalam sejarah perkembangannya, bangsa Indonesia telah banyak meramu  ramuan obat dan melakukan pengobatan secara tradisional, yang juga menjadi bagian penting penemuan beberapa jenis obat.  Namun  dilain pihak seringkali kepedulian terhadap sejarah  tersebut diabaikan sehingga banyak bukti peninggalan yang tidak terdokumentasi dengan baik,   banyak yang hilang begitu saja dan bahkan menjadi temuan yang mendapat patent  internasional dari penemu bukan bangsa Indonesia.Menurut definisi Departemen Kesehatan RI obat tradisional  didefinisikan  sebagai  obat jadi atau ramuan bahan alam yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral,  dan campuran bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.  Namun  kenyataannya bahan obat tradisional yang berasal dari tanaman  porsinya lebih besar dibandingkan yang berasal dari hewan atau mineral, sehingga sebutan untuk obat tradisional hampir selalu identik dengan tanaman obat karena sebagian besar obat tradisional bahan bakunya berasal dari tanaman obat. Perkembangan ilmu pengetahuan terhadap pengobatan berbasis bioaktif asal tanamam mengalami peningkatan yang pesat. Makin banyak peneliti yang melakukan eksplorasi terhadap  tanaman obat  untuk mengetahui berbagai macam kandungan di dalamnya  dan manfaatnya bagi peningkatan kualitas peradaban/kehidupan manusia.    Sampai saat ini sudah banyak tanaman obat terbukti secara empiris dalam mengobati penyakit.  Penemuan tanaman obat yang menunjukkan efek farmakologis terhadap  beberapa penyakit, seperti  diabetes mellitus, hipercholesterolemia, rhematoid artritis, kelainan fungsi hati, kanker dan juga antifertilitas  mendorong beberapa peneliti untuk melakukan eksplorasi bahan bioaktif dari tanaman obat tersebut.  Untuk kepentingan hal ini  uji praskrining sampai dengan  uji  in vitro dan in vivo untuk mengetahui peran bioaktif  yang dikandungnya. Namun beberapa penelitian  yang sudah dilakukan belum jelas menjawab mekanisme kerja obat tersebut berkaitan dengan patomekanisme penyakit yang sangat kompleks, selain itu juga disebabkan pengunaan metode yang masih  makro  dan  terbatas, sehingga teknik analisis biomolekuler menjadi satu pilihan yang  harus dilakukan  untuk mendukung obat tradisional menuju  evidence based medicine (EBM)Beberapa teknik analisis biomolekuler sudah  dilakukan  dibeberapa pusat penelitian dan Perguruan Tinggi, bahkan Laboratorium di kompleks Litbang Kesehatan sudah dilengkapi peralatan yang mutakhir  yang mampu menganalisis  secara  molekuler   ekspresi  protein, enzim  dan  sitokin-sitokin yang  di release dan disintesis  selama proses penyakit itu mulai  berlangsung dan menjadi  karakter spesifik dari suatu penyakit tersebut. Untuk  mendukung  obat tradisional menuju  evidence based medicine (EBM),   maka  animal research dan laboratories studies secara in vitro menggunakan kultur sel  menjadi jembatannya. Makalah ini akan menguraikan secara ringkas pengujian obat tradisional berbasis tanaman yang  secara empiris sudah dibuktikan mampu mengobati beberapa penyakit namun perlu dipelajari, namun masih perlu dilakukan penelitian-penelitian untuk menjawab   ” kenapa dapat  menyembuhkan ? ” dan  bagaimana kerjanya pada tingkat seluler dan molekuler ? ”  Hasil yang diperoleh dari penelitian ini membuka peluang yang lebih luas untuk mengembangkan penelitian selanjutnya  yang orisinil.

Dalam contoh kerangka konsep teori menggambarkan bagaimana kandungan tanaman yang berfungsi sebagai antioksidan mampu memperbaiki derajat insulitis tikus DM  tipe 1 yang disiapkan dengan memberikan paparan streptozotocin  yang sering disingkat dengan MLD-STZ ( Multi Low Dose –Streptozotocin ) dengan dosisi 20 mg/KgBB.

Penggunakan metode TUNEL dapat diketahui secara pasti sel beta pankreas yang mengalami apoptosis dari warna inti yang terlihat. Sel yang mengalami apoptosis intinya akan terlihat berwarna coklat dan bergranul karena fragmentasi DNA,  dengan melihat perbedaan warna inti dengan perbesaran kecil dapat dibedakan dan diketahui sel yang mengalami apoptosis. Metode TUNEL ini spesifik untuk mendeteksi apoptosis pada tiap sel dalam jaringan dengan prinsip imunohistokimia yang melabel terputusnya untai DNA. Selama apoptosis DNA yang beruntai ganda akan terfragmentasi menjadi untai tunggal mononucleosom atau oligonucleosome (nicks). Untai tunggal ini dapat diidentifikasi menggunakan label terminal 3’OH yang telah dimodifikasi nukleotidanya dalam reaksi enzimatis (Roche, 2004).

Untuk mempelajari mamfaat lain juga dapat dipakai melalui kultur sel yang mendapat paparan antioksidan sebagai pencegahan dan terapi kanker  berbasis pada fungsi enzim protein kinase C-a.

Enzim PKC diketahui berperan dalam proses proliferasi dan diferensiasi berbagai sel otot polos (Itoh et al, 2001; Skaletz-Rorowski et al, 1999). Kejadian ini dikontrol oleh mekanisme genetik sebagai rangsangan sinyal ekstraseluler spesifik, yakni growth factor atau mitogen. Jalur yang dilalui pada transduksi sinyal untuk proliferasi sel adalah melalui pengaktifan ras → raf-1 → MEK → ERK → transcriptional factor di dalam inti sel seperti terlihat pada Gambar 4.  ( Kazanietz & Blumberg, 1996; Skaletz-Rorowski et al, 1999; Schonwasser et al, 1998;          Mii et al, 1996). Dari  Gambar 5 terlihat bahwa aktifitas dan ekpresi enzim PKC dapat dipakai untuk mengamati  terjadinya  prolifersi dan diferensiasi otot polos akibat agen infeksi dan terapinya menggunakan bioaktif yang terkandung dalam tanaman obat.

Peran obat tradisional  berbasis tanaman  untuk  pengobatan dapat dipelajari  juga  melalui ekspresi protein  dari kultur sel atau hewan coba bahkan pada tingkat pemakaian pada manusia dengan metode  elektroforesis ( SDS-PAGE) 

Selain teknik tekni IHK, SDS-PAGE masih ada beberap cara yang dapat digunakan , iatu dot bol, wetern blot dan ELISA

Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan keanekaragaman hayati tanaman tropika Indonesia  yang menjanjikan   untuk dikembangkan sebagai sumber obat tradisonal yang  potensial, namun masih  perlu kajian  lebih lanjut pada  tingkat seluler dan molekuler  agar dapat menjelaskan mekanisme kerja  dalam menghambat  terjadinya penyakit.  Selain itu  dapat digunakan  sebagai landasan pengembangan upaya pengobatan menggunakan bahan aktif  tanaman obat. 

sumber gambar dari ramuanjamu.com    

 

Read Full Post »